AZIMAH PELET KHOLISOH
Raja Harun memiliki tiga orang permaisuri yang cantiknya naudzubilah, yang pertama bernama Ghadir, kedua Qut Qulub, dan ketiga buhjah zaman. Disamping itu Sang Raja juga memiliki seorang Budak wanita yang jeleknya naudzubillah, namanya Marjanah (nama aslinya kholishoh, marjanah yang berarti mutiara merupakan alam laqob atau julukan yang diberikan oleh Raja Harun Al-Rasyid).
ke esokan harinya, istanapun dibuat gempar .....
"Hai Abu Nawas, kenapa kamu melecehkan kholishoh?"
"Saya tidak melecehkan kholishoh, sungguh paduka....!"
Sementara Semua orang yang hadir disitu hanya bisa menganga menyaksikan kecerdikan si Abu Nawas yang mashur namanya.
Hari berganti hari, lamanya waktu tak terasa telah berlalu. Sehingga pada suatu hari Kholishoh jatuh sakit, segenap tabib istana sudah dipanggil untuk mengobatinya. Tapi apalah artinya obat jika kematian sudah menjadi suratan dari yang maha kuasa. akhirnya Kholishoh pun meninggal dunia...
dipanggillah sorang perempuan ghasilah untuk mengurus dan memandikan jenazah Kholishoh, Kepada ghasilah ini sang raja berpesan untuk tidak buru-buru mengkafani kholisoh sampai Ia bisa memandang wajah kholisoh untuk yang terakhir kalinya.
(kata ghasilah sendiri diambil dari akar kata ghasala yang berarti mandi, kemudian mengalami reduksi makna menjadi perempuan yang berpropesi mengurus mayit).
Jenazahpun akhirnya dimandikan. Ketika si ghosilah melepas ikatan rambut kholishoh, ia menemukan sebuah benda yang ternyata adalah jimat itu, lalu diambilnya dan diselipkan dirambutnya sendiri. Setelah pekerjaannya selesai, kemudian rajapun diperkenankan melihat jenazah untuk yang terakhir kalinya, ketika sang raja memandang wajah jenazah, sontak raut mukanya berubah, sambil buru-buru memalingkan muka, pandangan sang raja akhirnya tertubruk pada sosok perempuan ghosilah. Seketika tanpa rasa sungkan sang raja bertanya,
“apakah kamu wanita yang masih sendiri apa sudah bersuami?”
“suami hamba telah meninggal baginda”
“"Sungguh Aku suka melihatmu dan Aku ingin kamu menjadi isteriku"
“aduh Baginda jangan becanda”
“tidak, aku serius”
Singkat cerita setelah jenazah kholishoh dimakamkan, sang raja pun menikahi perempuan ghosilah tadi. Seperti yang terjadi pada kholishoh dulu, ghosilah pun begitu sangat disayang dan dimanja oleh sang raja. Ia kini menjadi permaisuri raja yang akhirnya dikarunia dua orang anak.
Sehingga suatu hari, Ratu ghosilah sakit, ia meminta dipertemukan dengan seorang syekh yang bernama Nuruddin Al-Ashfahani, lalu dipanggilah syekh untuk menghadap. Ketika sang syekh berada di kamarnya, Ratu ghosilah memberikan jimat ini kepada sang syekh, sambil berkata,
“sesungguhnya benda ini kepunyaan kholishoh, aku mengambilnya ketika memandikan jenazahnya dulu”
lalu ia pun bercerita panjang lebar dari awal sampai akhir. Sang ratu meminta kepada syekh nuruddin menyalinnya menjadi dua yang nantinya diberikan kepada kedua anaknya. pada syekh Sang ratu berpesan
“salinlah benda ini syekh, berikanlah kepada para muslimin yang memang membutuhkannya, jangan dihalangi, meskipun begitu janganlah anda memberikan benda ini ke sembarang orang, cegahlah dari tangan-tangan wanita lacur, orang-orang yang tidak takut kepada Allah. Karena di dalamnya tersurat Ismul A’dzam”.
Cerita ini akhirnya tersebar kepenjuru negeri, konon waktu itu untuk mendapatkan salinan benda tersebut seseorang harus menebusnya sampai seribu dinar.
Isi yang terdapat pada Azimah tsb adalah 4 Ayat Mahabbah ( Pelet ) dari 4 surat dalam Al-Qur'an, 19 asma' mahabbah ( pelet ), 4 Nama malaikat muqorrbin, 4 Nama Malaikat pemimmpin Malaikat Khodam ruhani
Tata cara membuatnya , Azimah Kholisoh harus di tulis tepat di hari senin pertama ( Hijriyyah ) yg bulan lagi purnama(Tgl 14 Masehi ) menulisnya pagi2 jam 6- 8 setelah selesai menulis membaca masing-masing Ayat & Asma' Mahabbah 41 x sambil memegang Azimah tsb di atas kepala, memakai nya haruslah mempunyai Wudhu.
Bagi pembaca yg ingin mempunyai Azimah Kholisoh Alhamdulillah penulis mempunyai 2 Azimah untuk 2 orang yg akan di maharkan Rp 1.500.000, karena bahannya dari kul;it kijang dan membikinya dalam 1 tahun paling banyak 2 x, Apabila para pengunjung tertarik untuk memilikinya Insya Alloh saya juga akan memberikan Ilmu tatacara membuatnya, Apabila Azimah tsb tidak ada Manfaatnya uang saudara saya kembalikan penuh
silahkan transfer ke bank Mandiri A/n Heri Rohedi no Rek 13000 8888 6661 anda konfirmasi lewat Hp 0856 224 8888. Atau pembayaran melalui Paypal
Raja Harun memiliki tiga orang permaisuri yang cantiknya naudzubilah, yang pertama bernama Ghadir, kedua Qut Qulub, dan ketiga buhjah zaman. Disamping itu Sang Raja juga memiliki seorang Budak wanita yang jeleknya naudzubillah, namanya Marjanah (nama aslinya kholishoh, marjanah yang berarti mutiara merupakan alam laqob atau julukan yang diberikan oleh Raja Harun Al-Rasyid).
Pada suatu hari kholishoh pergi ke sebuah tanah yang lapang. Disana, dia
melihat bangkai kuda yang dikerumuni binatang buas, ajaibnya
binatang-binatang ini seakan tidak bisa memakan bangkai kuda tersebut.
Kholishoh kemudian memberanikan diri untuk mendekat, mencari tahu
gerangan yang terjadi. tanpa sengaja Kholishoh melihat sebuah benda
menggantung di kepala bangkai kuda. Karena penasaran, iapun mendekat dan
mengambil benda itu yang ternyata adalah sebuah jimat. lalu ketika
kholishoh agak sedikit menjauh, gerombolan binatang-binatang buas yang
sedari tadi hanya bisa berkerumun langsung melahap bangkai kuda
tersebut. Dalam hati kholishoh membatin, “barangkali benda inilah yang
menyebabkan binatang-binatang buas tidak berani memakan kuda yang sudah
mati itu”
Akhirnya kholishoh pun pulang, ketika melintas di halaman istana, dari kejauhan sang raja melihat kholishoh,
“hai, kamu sini…!” panggil sang Raja, kholishoh terpaksa
berhenti, kemudian sembari munduk-munduk berjalan ke hadapan baginda
yang sore itu sedang duduk-duduk di serambi istana. Kamu siapa? Tanya
Baginda, dengan hormat kholishoh pun menjawab, “Saya Kholishoh Baginda, budaknya Baginda”. Dalam hati Sang raja penasaran dan bergumam, (masa
iyaa sih ini si kholishoh, perasaan si kholishoh ini orangnya wwireng,
tur wwwwelek, kok jadi tambah kinclong ayu and semok yah).
Detik berganti menit, menit berganti jam, Raja Harun dimabuk cinta tak
bisa tidur semalaman. khamer asmara agaknya telah menggangu pikirannya,
sore tadi seorang budak wanita telah merebut segenap hatinya. Tanpa
disadari malam itu energi jimat sedang menjalar keseluruh bagian tubuh
sang raja.
Keseokan harinya, sang raja akhirnya memanggil kholishoh, kemudian
berterus terang bahwa dia sangat mencintainya. Akhirnya terjalinlah
sebuah hubungan antara Raja dan Budak.
Dulu orang hanya bisa beranggapan
Cintanya laksana pungguk merindukan bulan
Jika sang isim sudah tergenggam
Kata-kata bijak hanyalah bualan
Cintanya laksana pungguk merindukan bulan
Jika sang isim sudah tergenggam
Kata-kata bijak hanyalah bualan
singkat cerita, kholishoh kini menjadi wanita yang sangat dicintai,
segala permintaannya pasti akan dikabulkan oleh sang raja, meskipun
statusnya adalah hamba sahaya, kehidupannya seperti ratu yang bebas
merdeka, bergelimang harta emas, mutiara, permata dan sebangsanya.
keinginan dan tindakannya selalu di amini oleh sang raja, kemanapun
kholishoh pergi disitu sang raja selalu setia mengiringi, dimata sang
Raja Kholishoh bagaikan marjan (ratna manikam) yang harus selalu
dipegang. sang raja agaknya sangat takut jika sang ratna diambil orang.
sampai-sampai ketiga permaisuri yang cantiknya naudzubillah pun sering
tak diindahkan. semua orang, baik panglima dan pujangga istana pun tak
ada yang dihiraukan. tak terkecuali Abu Nawas...
suatu hari Abu Nawas masuk ke istana, menghadap sang raja untuk
mendendangkan bait-bait madah (syair pujian) untuk sang raja. tak
seperti biasanya, sang raja kali ini tidak menghiraukan pujian abu
nawas, perhatiannya hanya tercurah pada kholishoh yang selalu
disampingnya. puluhan bait syair madah yang keluar dari mulut abu nawas
hanya manjing kuping tengen metu kuping kiwa. merasa tidak dihiraukan, Abu nawas pun menghormat untuk pamit pulang sambil mendendam rasa kecewa.
ketika melewati pintu gerbang istana abu nawas berhenti kemudian menulis sebuah bait syair di pintu gerbang tersebut :
لقدْ ضاعَ شعري على بابكمْ *** كما ضاعَ حلي على خالصة
Sungguh! syairku hilang di gerbang istanamu
sebagaimana hilangnya permata karena kholishoh
Karena ada yang melapor, apa yang sudah dilakukan abu nawas akhirnya
sampai ke telinga kholishoh. merasa tersindir, dengan syair hija (puisi
pelecehan), kholishohpun mengadu kepada Raja. Ia meminta agar sang raja
memancung Abu Nawas karena telah melecehkan dirinya.
Mendengar aduan dari kekasih hatinya, Sang raja pun marah dan akan
menghukum pancung pada Abu Nawas. Lalu dipanggillah si Abu Nawas untuk
di interogasi dan dikonfirmasi sebelum eksekusi hukuman dilakukan.
Abu Nawas memenuhi panggilan dan juga mendengar bahwa akibat coretan
syair hija dipintu gerbang Istana itu, ia akan menerima hukuman pancung.
Antara takut dan rasa tegar si Abu Nawas memenuhi panggilan Raja.
Ketika akan melewati pintu gerbang, Abu Nawas berjalan sambil mendekat
ke daun pintu yang terdapat coretan syair hijanya, pelan dan pasti ia
pun berjalan pelan sembari tangannya menghapus perut huruf Ain yang ada
di dua lafadz ضاعَ .
Syair yang semula berbunyi
لقدْ ضاعَ شعري على بابكمْ *** كما ضاعَ حلي على خالصة
Kini berubah menjadi
لقدْ ضاءَ شعري على بابكمْ *** كما ضاءَ حلي على خالصة
Akhirnya, sampailah si Abu Nawas di depan singgasana Raja. Disana ia
melihat alat-alat untuk persiapan eksekusi hukuman pancung pada dirinya.
Interogasi dilaksanakan.
"Saya tidak melecehkan kholishoh, sungguh paduka....!"
(Sang Raja sangat geram dengan kemarahannya)
"Haah.., jangan mangkir!, Dipintu gerbang, kamu kan yang menulis
(dengan tenang dan hati tegar abu nawas menjawab)
"Haah.., jangan mangkir!, Dipintu gerbang, kamu kan yang menulis
لقدْ ضاعَ شعري على بابكمْ *** كما ضاعَ حلي على خالصة ,
"sungguh saya tidak menulis itu yang mulia, yang saya tulis adalah
لقدْ ضاءَ شعري على بابكمْ *** كما ضاءَ حلي على خالصة
(Sungguh! syairku bercahaya di gerbang istanamu,
sebagaimana bercahayanya permata karena kholishoh).
Sang Raja yang tadinya Mukanya merah padam…, akhirnya menjadi putih
cerah bersinar dan sambil tersenyum sang Raja berkata pada petugas
eksekusi ” batalkan pemancungan untuk Abu Nawas”
Dalam kitab mu’jam al-buldan karya Yaqut Al-Hamawi, Abu Ali Al-Naisyaburi menilai persitiwa ini sebagai peristiwa lathif al-ikhtira’ (coining of word) atau daya cipta luar biasa yang hanya bisa dilakukan oleh ahli sastra tingkat tinggi. Abu Ali berkata : بيت قُلعتْ عينه فأَبصر (hanya dengan mengulik huruf Ain menjadi Hamzah, 180 Drajat Sikap Sang Raja Berubah..!") |
Hari berganti hari, lamanya waktu tak terasa telah berlalu. Sehingga pada suatu hari Kholishoh jatuh sakit, segenap tabib istana sudah dipanggil untuk mengobatinya. Tapi apalah artinya obat jika kematian sudah menjadi suratan dari yang maha kuasa. akhirnya Kholishoh pun meninggal dunia...
dipanggillah sorang perempuan ghasilah untuk mengurus dan memandikan jenazah Kholishoh, Kepada ghasilah ini sang raja berpesan untuk tidak buru-buru mengkafani kholisoh sampai Ia bisa memandang wajah kholisoh untuk yang terakhir kalinya.
(kata ghasilah sendiri diambil dari akar kata ghasala yang berarti mandi, kemudian mengalami reduksi makna menjadi perempuan yang berpropesi mengurus mayit).
Jenazahpun akhirnya dimandikan. Ketika si ghosilah melepas ikatan rambut kholishoh, ia menemukan sebuah benda yang ternyata adalah jimat itu, lalu diambilnya dan diselipkan dirambutnya sendiri. Setelah pekerjaannya selesai, kemudian rajapun diperkenankan melihat jenazah untuk yang terakhir kalinya, ketika sang raja memandang wajah jenazah, sontak raut mukanya berubah, sambil buru-buru memalingkan muka, pandangan sang raja akhirnya tertubruk pada sosok perempuan ghosilah. Seketika tanpa rasa sungkan sang raja bertanya,
“apakah kamu wanita yang masih sendiri apa sudah bersuami?”
“suami hamba telah meninggal baginda”
“"Sungguh Aku suka melihatmu dan Aku ingin kamu menjadi isteriku"
“aduh Baginda jangan becanda”
“tidak, aku serius”
Singkat cerita setelah jenazah kholishoh dimakamkan, sang raja pun menikahi perempuan ghosilah tadi. Seperti yang terjadi pada kholishoh dulu, ghosilah pun begitu sangat disayang dan dimanja oleh sang raja. Ia kini menjadi permaisuri raja yang akhirnya dikarunia dua orang anak.
Sehingga suatu hari, Ratu ghosilah sakit, ia meminta dipertemukan dengan seorang syekh yang bernama Nuruddin Al-Ashfahani, lalu dipanggilah syekh untuk menghadap. Ketika sang syekh berada di kamarnya, Ratu ghosilah memberikan jimat ini kepada sang syekh, sambil berkata,
“sesungguhnya benda ini kepunyaan kholishoh, aku mengambilnya ketika memandikan jenazahnya dulu”
lalu ia pun bercerita panjang lebar dari awal sampai akhir. Sang ratu meminta kepada syekh nuruddin menyalinnya menjadi dua yang nantinya diberikan kepada kedua anaknya. pada syekh Sang ratu berpesan
“salinlah benda ini syekh, berikanlah kepada para muslimin yang memang membutuhkannya, jangan dihalangi, meskipun begitu janganlah anda memberikan benda ini ke sembarang orang, cegahlah dari tangan-tangan wanita lacur, orang-orang yang tidak takut kepada Allah. Karena di dalamnya tersurat Ismul A’dzam”.
Cerita ini akhirnya tersebar kepenjuru negeri, konon waktu itu untuk mendapatkan salinan benda tersebut seseorang harus menebusnya sampai seribu dinar.
Isi yang terdapat pada Azimah tsb adalah 4 Ayat Mahabbah ( Pelet ) dari 4 surat dalam Al-Qur'an, 19 asma' mahabbah ( pelet ), 4 Nama malaikat muqorrbin, 4 Nama Malaikat pemimmpin Malaikat Khodam ruhani
Tata cara membuatnya , Azimah Kholisoh harus di tulis tepat di hari senin pertama ( Hijriyyah ) yg bulan lagi purnama(Tgl 14 Masehi ) menulisnya pagi2 jam 6- 8 setelah selesai menulis membaca masing-masing Ayat & Asma' Mahabbah 41 x sambil memegang Azimah tsb di atas kepala, memakai nya haruslah mempunyai Wudhu.
Bagi pembaca yg ingin mempunyai Azimah Kholisoh Alhamdulillah penulis mempunyai 2 Azimah untuk 2 orang yg akan di maharkan Rp 1.500.000, karena bahannya dari kul;it kijang dan membikinya dalam 1 tahun paling banyak 2 x, Apabila para pengunjung tertarik untuk memilikinya Insya Alloh saya juga akan memberikan Ilmu tatacara membuatnya, Apabila Azimah tsb tidak ada Manfaatnya uang saudara saya kembalikan penuh
silahkan transfer ke bank Mandiri A/n Heri Rohedi no Rek 13000 8888 6661 anda konfirmasi lewat Hp 0856 224 8888. Atau pembayaran melalui Paypal
No comments:
Post a Comment